Pengertian B2C
B2C
atau merupakan kepanjangan dari Business to Consumer adalah bentuk
jual-beli produk atau jasa yang melibatkan perusahaan penjual dan konsumen
akhir yang dilakukan secara elektronis.
Atau lebih tepatnya B2C adalah suatu
aktivitas E-businesses dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui
barang atau jasa, yang dapat diistilahkan dengan transaksi pasar.
Terdapat Beberapa perusahaan yang
melayani B2C antara lain
Beberapa kelebihan dari B2C adalah sebagai
berikut :
- Konsumen
dapat mempelajari produk yang ditawarkan yang telah dipublikasi pada media
internet
- Membeli
dengan electronic cash & sistem secure payment
- Meminta agar
barang yang dipesan, dapat dikirimkan pada pihak yang terkait (delivery)
yang tentunya dengan biaya yang sudah disepakati oleh kedua belah
pihak.
- Harga yang
diajukan masih bisa dinegosiasikan serta dapat dilakukan dengan mudah dan
cepat dikarenakan kita cukup mengakses suatu website tertentu.
- Media
pembayaran yang digunakan berupa kartu kredit.
Manfaat B2C terhadap travel and
tourism yaitu :
- Mempermudah dalam memberikan
informasi antara pemilik travel dan calon costumer mengenai semua hal yang
berhubungan dengan travel ( seperti harga tiket, harga hotel,dll)
- Memberikan akses yang mudah
kepada calon wisatawan tentang informasi daerah wisata yang akan mereka
kunjungi.
- Membantu pemilik travel untuk
mengembangkan bisnisnya karena pemilik travel bisa mendesign tampilan web
yang menarik dan berkualitas sehingga mampu menarik konsumen lebih banyak
- Memberikan gambaran singkat
tentang lokasi dan pemandangan yang berada di tempat tujuan objek wisata.
Beberapa Karakteristik B2C sebagai
berikut:
- Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.
- Servis yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang dapat
digunakan oleh khalayak
ramai. Sebagai contoh, karena sistem web sudah umum digunakan maka servis
diberikan dengan menggunakan basis web.
- Servis diberikan berdasarkan permohonan
(on demand).
Konsumer melakukan inisiatif dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.
- Pendekatan
client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer) menggunakan sistem yang minimal (berbasis
Web) dan processing (business procedure) diletakkan di sisi
server.
Perkembangan Business to Consumer (B2C)
Pada awalnya Internet belum menyediakan layanan
untuk bertransaksi dengan konsumen. Pada tahun 1984, diciptakan sistem
transaksi perbankan secara online oleh AT&T, tetapi tidak berhasil
dikarenakan infrastruktur yang tidak memadai. Pada tahun 2000 diperkenalkan
situs belanja online yang bernama Amazon.com.
Setelah saat itu, mulai banyak bermunculan
situs-situs belanja/transaksi online yang mengusung prinsip Business to
Consumer (B2C).
Tantangan Utama dalam Business to
Consumer (B2C)
- Membangun
privasi dan kepercayaan pada konsumen
- Menciptakan
ketergantungan dan loyalitas
- Kelengkapan,
keragaman dan ketersediaan barang dan jasa.
Pelayanan Business to Consumer (B2C)
- Memuat
contoh produk yang dijual beserta informasinya.
- Melakukan
transaksi penjualan barang.
- Melakukan
transaksi pembayaran barang.
- Melakukan
transaksi pengiriman barang.
- Membuat
berita-berita terbaru tentang produk.
- Menginformasikan
lokasi penjualan dan layanan.
- Memberikan
service secara lengkap.
Produk Business to Consumer (B2C)
- Produk
Digital (Soft Goods), seperti lagu, album, film, program komputer, update
dan jasanya.
- Produk
Fisik (Hard Goods)merupakan suatu produk yang tidak dapat dikonsumsi
sesegera mungkin (secara langsung) setelah diunduh. Contoh: DVD, kaset dan
lain sebagainya.
Klasifikasi Business to Consumer (B2C)
Secara umum, tipe Business to Consumer (B2C)
terbagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu:
·
Auction Store
Tempat untuk memberikan
pelayanan dalam bidang perdagangan. Misalnya untuk pengiklanan produk
perusahaan, cara pembayaran dan sebagainya. Contoh: www.ebay.com ,
www.swinde.com
·
Online Store
Tempat untuk menjual atau
membeli secara digital dengan memilih, memesan barang lewat internet tanpa
harus bertatap muka dengan penjual secara langsung maupun barang yang ingin
dibeli. Contoh: www.Amazon.com , www.tokopedia.com
·
Online Service
Tempat untuk meminta informasi
dan service lain dari perusahaan dengan cepat dan mudah atau dapat melakukan
proses jual beli, misalnya jasa tiket perjalanan, jasa service dan lain-lain.
Contoh: www.wotif.com , www.airasia.com , www.bliztmegaplex.com
·
Other Service
Layanan yang menyediakan
fasilitas untuk penjualan produk dan jasa diluar klasifikasi yang telah
dijabarkan sebelumnya. Contoh: www.kaskus.us , www.facebook.com
Analisis Business to Consumer (B2C)
Dalam perdagangan Business to Consumer (B2C)
secara online, terdapat 2 jenis barang yang ditawarkan.
- Hard
Goods adalah barang yang berwujud nyata. Bila dibeli maka akan dikirimkan
kepada pelanggan melalui jasa pengiriman. Dalam penelitian ini, barang
yang diperdagangkan adalah baju dan fancy (aneka kado-kado lucu).
- Soft
Goods sering juga disebut sebagai digital goods seperti berita dan
informasi yang dapat diterima oleh pelanggan dengan cara download.
Karakteristik yang membedakan antara online
Business to Consumer (B2C) dengan perdagagnan konvensional adalah
perusahaan dapat berhubungan langsung dengan konsumen tanpa perantara. Hal ini
sangat menguntungkan perusahaan dari segi laba, karena tidak perlu berbagi
keuntungan dengan perantara.
Beberapa hal yang harus dipenuhi agar konsumen
tertarik untuk membeli barang atau menggunakan layanan dari penjual,
yaitu:
- Produk,
memberikan informasi yang jelas tentang barang yang dijual, lengkap dengan
gambar barang tersebut.
- Harga,
menyebutkan harga barang. Di dalam menetapkan harga ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain: kualitas, permintaan pasar dan harga
pesaing.
- Promosi,
melakukan promosi melalui iklan baik di media cetak maupun elektonik dan
alat komunikasi lainnya.
- Pengepakan
dan pengiriman , memperhatikan distribusi barang secara fisik dan menjaga
keutuhannya. Selain itu diusahakan pengiriman secepat mungkin agar tidak
mengecewakan konsumen
Analisis Sistem dan Permasalahan Business
to Consumer (B2C)
Pada dasarnya proses penjualan di toko secara
konvensional dan proses penjualan di website adalah sama, tapi penerapan system
penjualan secara online berbasis WEB diharapkan dapat mengatasi batasab-batasan
yang sering ditemui dalam proses penjualan di toko secara konvensional.
Secara garis besar, proses penjualan di toko
secara konvensional dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Customers
datang ke toko pada waktu jam buka toko.
- Customers
melihat-lihat produk dan membanding-bandingkan produk-produk yang ada dan
kemudian memutuskan untuk membelinya atau tidak.
- Customers
memutuskan untuk membeli dan memutuskan system pembayaran yang akan
digunakan (tunai, debet atau kredit).
- Setelah
proses pembayaran selesai dilakukan, maka customers dapat membawa produk
yang dibeli.
Beberapa masalah yang sering ditemui dalam proses
penjualan toko secara konvensional, sebagai berikut:
- Pembelian
hanya dapat dilakukan selama jam buka toko.
- Customers
tidak dapat datang ke toko karena tidak ada waktu, sibuk atau keadaan
jalan yang macet.
- Informasi
tentang produk yang didapat di toko tidak terlalu akurat, karena beberapa
hal seperti: kertebatasan human atau berada pada jam sibuk toko, sehingga
pelayanan tidaklah maksimal.
Analisis Pengaruh Facebook (salah satu
Business to Consumer (B2C)) terhadap Penjualan Online
Media online telah ada sejak beberapa tahun yang
lalu. Melalui akses online memudahkan masyarakat untuk mengetahui berita-berita
terhangat, seperti berita selebriris, politik, perekonomian dan lain
sebagainya. Perkembangan media online sangatlah pesat. Dari sekedar mengirim
pesan singkat hingga akun jejaringan social yang berguna untuk menambah relasi
dengan sesama (menambah teman). Contoh:
- Website
pencari, seperti google, yahoo dan beberapa situs lainnya.
- Situs
jejaringan social, seperti Facebook.
Dewasa ini, Facebook merupakan media online yang
sedang ‘trend’. Facebook adalah situs jejaringan social yang memiliki
tampilan-tampilan lengkap dengan fungsi yang ditawarkan. Dari sekedar mencari
teman, up-date status, bermain permainan-permainan yang ditawarkan dan saat ini
Facebook juga dapat digunakan sebagai tempat untuk ‘Berbisnis’ (menghasilkan
uang). Salah satu bisnis online yang ada di Facebook adalah bisnis butik dan
fancy (aneka kado lucu) yang saat ini menjadi ‘trend’ di masyarakat. Lantas,
bagaimana pendapat customer (masyarakat) yang mengetahui bahwa Facebook dapat
dijadikan sebagai sarana jual-beli produk? Berikut analisis tentang pengaruh
Faceboook terhadap pembelian baju butik dan fancy secara online.
Sebanyak empat orang narasumber telah diwawancara
terkait dengan penelitian ini. Dari ke-empat narasumber ini adalah mereka yang
pernah atau tahu tentang pembelian baju butik dan fancy melalui Facebook.
Dari ke-empat narasumber, tiga diantaranya setuju
dengan Facebook dapat membantu penjualan baju butik dan fancy secara online.
Sisanya, tidak setuju dengan pengaruh Facebook terhadap pembelian online.
Tiga narasumber yang setuju merupakan narasumber
yang percaya bahwa Facebook dapat berpengaruh terhadap penjualan serta
pembelian online. Mereka berpendapat bahwa Facebook merupakan media baru yang
efektif yang dapat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Mereka menilai
Facebook sangat efektif, karena akun Facebook, butik dan fancy online dapat
mengetahui secara langsung profil pembeli dan mengetahui siapa saja yang dapat
ditargetkan menjadi pembeli. Hal ini mengakibatkan Facebook mempengaruhi gaya
hidup mereka, artinya dahulu mereka membeli baju dengan cara mengunjungi
tokonya dan sekarang dengan adanya Facebook mereka dengan mudahnya bisa membeli
dengan cara online tanpa harus mengunjungi toko tempat mereka berbelanja.
Narasumber lainnya adalah narasumber yang tidak
menyukai pembelian produk-produk online. Factor utama yang membuat narasumber
ini tidak membeli suatu produk secara online adalah ‘kepercayaan’. Ia merasa
dirinya belum mempunyai tingkat kepercayaan bila membeli suatu produk secara
online, karena takut akan produk tersebut. Takut produk yang ia beli tidak
sesuai dengan gambar ataupun ukuran yang ia kehendaki. Akan tetapi, ia berpendapat
bahwa Facebook merupakan cara yang cukup efektif dalam penjualan suatu produk.
Ia juga berpendapat bahwa Facebook merupakan suatu metoda yang sedang ‘trend’
untuk menjual produk-produk tertentu.
Selain itu, Facebook tidak berpengaruh terhadap
gaya hidup yang ia jalani selama ini. Ia teteap setia dengan cara pembelian
yang tradisional, yakni pergi ke toko langsung dan mencoba barangnya sendiri.
Menurut analisis saya, Facebook merupakan suatu
media yang cukup efektif untuk menjual produk-produk tertentu serta dapat
berpengaruh terhadap tingkat pembelian seseorang.
Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran:
“Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada
orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu yang tepat dengan promosi
dan komunikasi yang tepat”.
Dari definisi di atas menunjukkan bahwa pemasaran
merupakan serangkaian prinsip untuk memilih pasar sasaran (target market),
mengevaluasi kebutuhan konsumen,mengembangkan barang dan jasa, pemuas
keinginan, memberikan nilai kepada konsumen dan laba bagi perusahaan. Karena
masyarakat Indonesia sendiri yang tergolong cepat tergiur dengan sesuatu
meskipun itu hanya sebuah gambar yang kita sendiri tidak tahu bagaimana bentuk
aslinya.
Meskipun facebook efektif dalam mempengaruhi pembeli,
tidak berarti facebook dapat mengubah gaya hidup atau perilaku seseorang.
Swastha dan Handoko (2000:10) mengatakan:
“Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan
tertentu.”
Bukan berarti pembelian barang online di Facebook
tidak akan pergi lagi ke toko.
Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
- 75%
customers menyatakan bahwa lebih efektif dan efisien apabila pembelian
suatu produk dilakukan secara online dan hal ini juga mempengaruhi
gaya hidup mereka.
- 25%
customers memilih lebih menyukai pembelian yang bersifat konvensional
(tradisional), karena mereka belum memiliki ‘kepercayaan’ untuk berbelanja
di sana.
- Facebook
merupakan suatu media yang tepat dalam melakukan pemasaran.